Semuanya sudah pergi, kemarin saat gelap menyelimuti desa tercinta ini,Semua telah pergi membawa pakaian dan perlengkapan jauhnya. Jas panjang kerah tegak dengan sweater hangat di dalam dan celana panjang juga berwarna hitam.
Namun, sejak membantu berkemas aku masih belum tahu tujuan perjalanannya, entah mereka mau pergi kemana aku juga belum dapat memastikan. Entah apakah bahan makanan yang mereka bawa mencukupi untuk perjalanan seperti yang sudah mereka katakan kepadaku. Juga apakah mereka benar – benar tahu dalam membaca anak – anak bintang dan berjuta bintang – bintang mati yang bertebaran di langit kelam. Sungguh kenapa nasib membuatku tetap tinggal ditempat ini.
Lalu… bagaimana ini, bagaimana mungkin kini aku akan berjuang sendiri, dalam kegelapan abadi yang sama sekali tidak mempesona. Bagaimana mungkin aku dapat menghibur diri dari kesunyian, sementara lentera satu – satunya telah mereka bawa.
Juga bagaimana mungkin aku akan membicarakan keajaiban – keajaiban yang aku alami sementara temanku dikamar ini hanyalah seperangkat benda mati yang tidak mungkin berbicara, walaupun aku tahu satu satunya hiburan untukku adalah menulis surat untuk siapa saja yang akhirnya tidak pernah terkirimkan.
Sungguh terpencilnya aku membuat suasana damai namun kadang menegangkan, sungguh sunyi sampai terlintas khayalan hampa dan singup, membuai namun terasa itu hanyalah mimpi. Meratap namun jengkel, karena ratapan seperti ini tidak mungkin ada tindak lanjut penyelesaiannya, lalu…..???
Sungguh sunyi betapa aku belum tahu banyak tentang tempat ini, tempat yang sungguh mengekspresikan kekuatan alam yang tak terungkap. Aku masih menyayangi tempat ini sejak 7 tahun lalu silam, walaupun kini tanpa orang yang paling aku harapkan …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar